oleh : Nur Sofiatun Rosidah
Sejatinya manusia
terlahir bak selembar kertas putih, setiap kemudahan dan kesulitan memberi
warna didalam lembarannya. Tak semuanya memiliki kehidupan yang mudah, untuk
berpegang teguh pada tongkat kejujuran dibawah badai stigma dan diskriminasi. Satu
lagi kisah inspritatif kali ini memberikan kita semua makna dalam setiap
peristiwa, bahwa hikma itu nyata, hikma itu ada. Sosok Transgender tangguh satu
ini,
memilih untuk tidak mau menyerah
– kalah. Mereka membuktikan pada dunia, bahwa mereka mampu bersuara dengan
talentanya serta berhak sukses dan bahagia.
Simak perbincangan saya dengan Nancy – Kisah Sosok
Transgender Multitasking.
1. Seperti
apa cerita anda menjadi seorang Transgender dan Apa alasan anda memutuskan untuk menjadi transgender?
Sejak
kecil saya ingin bercita – cita menjadi seorang make up wedding, dan saya ingin
berdiri sendiri dengan usaha yang saya jalani saat ini. Saya lebih bisa
menikmati hidup, santai dan ketika saya capek ya bisa istirahat. Beda ketika
saya harus ikut orang lain, hal itu tidak bisa saya lakukan. Saya merintis dari
nol. Karna saya percaya apabila orang berusaha pasti ada jalan.
2. Kapan anda
memutuskan untuk menjadi transgender?
Sejak
saya menginjak remaja, sekitar usia 15 tahun. Karna memang keluarga gak punya,
pendidikan hanya sampai sekitar SD dan gak sampai SMP. Dipikiranku saat itu
cuman, kapan aku besar? Kapan aku bisa memulai usaha sendiri?
3. Lalu Bagaimana
cara anda menjelaskan ke keluarga,
mengenai diri anda atau mengenai keputusan anda menjadi transgender?
Orang
tua bilang. Asalkan kamu mampu? Ya.. saya jawab mampu. Yasudah tidak ada
masalah.
4. Pernakah anda berpikir atau merasa kembali
seperti diri anda sebelum ini artinya sebenernya saya ini laki-laki mengapa
saya seperti ini dan pernakah mendapat cibiran disekitar anda?
Tidak
ada cibiran yang membuat saya terlalu sakit, namun cibiran ya pasti tetep ada,
karna itu kodrat. Saya tidak pernah menyesal. Namun, saya sedih tidak ada kekasih
yang bisa menerima saya.
5.
Dan sejauh ini sudah berapa lama usaha ini anda tekuni?
Sejak
tahun 2003 saya menekuni dunia make up wedding. Saya merintis mulai dari nol,
dan memang susah pada saat itu untuk mencari customer atau pelanggan. Banyak
komentar banyak tantangan, namun saya bersyukur Alhamdulillah keadaan berangsur
membaik.
Kesimpulannya dari percakapan diatas bahwa, atas dasar keinginannya, laki-laki berusia 56 tahun ini
memutuskan untuk menjadi seorang transgender. Tidak ada
paksaan ataupun hasutan dari orang lain. Sejak usia remaja, penanaman pondasi
yang kuat dalam dirinya untuk menjadi seorang wirausaha yang mandiri yang bisa
mencukupi dan membahagiakan keluarganya dengan caranya sendiri.
Keadaan tersebut
sepatutnya harus diimbangi dengan edukasi maupun informasi yang akurat,
sehingga persepsi menurut kita yang kurang benar tersebut dapat menjadi
pembelajar yang baik dikemudian hari, sehingga kita pula tidak akan salah
melangkah.
Namun dengan keadaan ekonomi lemah Nancy, sehingga
dia menyangkal bahwa menjadi seorang make up wedding saja harus menjadi seorang
perempuan? Kecemasan sosial
transgender. Ya.. ketika
saya menanyakan ulasan cerita singkat mengenai dirinya menjadi transgender,
namun si Nency ini kurang terbuka akan status dirinya.
Kesuksesan itu
tidak tergantung pada gender, mau lelaki ataupun perempuan. Dengan modal tekad
dan kekuatan maupun keyakinan yang kuat siapapun berhak mendapatkan kesuksesan
dan karier yang cemerlang.
![]() |
Sofi Saat Wawancara dengan Nancy. |